Tiga Kesenian dari Bali Kini Resmi Menjadi Warisan Budaya Tak Benda

Pada tanggal 8 Oktober yang lalu, Direktorat Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah meresmikan secara virtual tiga kesenian khas Bali sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Tiga kesenian khas daerah Bali tersebut adalah Tradisi Nanda, Kesenian Gambuh Pedungan, dan Kesenian Genggong.

Sebelumnya tiga kesenian ini diusulkan sebagai WKTB Indonesia oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali bersama Balai Pelestarian Nilai Budaya Denpasar pada bulan Maret 2020 yang lalu. Dengan ditetapkannya tiga kesenian ini sebagai WBTB, maka total jumlah WBTB dari Bali pada tahun 2020 adalah 11 warisan budaya.

Sedangkan pada tahun 2019 tercatat empat kesenian asal Denpasar yang ditetapkan menjadi WBTB Indonesia, yaitu adat Sate Renteng, tradisi Ngaro Banjar Medura Intaran, Janger Kedaton Sumerta, dan Legong Binoh.

Salah satu dari tiga kebudayaan yang baru saja menjadi WBTB, Tradisi Nanda, adalah sejenis tarian ritual yang dilakukan pada upacara pangilen, yaitu upacara adat Hindu yang dilaksanakan di Denpasar. Tradisi Nanda hingga saat ini masih dilakukan di beberapa desa adat diantaranya Desa Adat Penatih, Desa Adat Bekul, Desa Adat Tembau, Desa Adat Kesiman, Desa Adat Taman Poh Manis, Desa Adat Anggabaya, Desa Adat Penatih Puri, dan Desa Adat Laplap.

Sementara Kesenian Gambuh Pedungan merupakan seni pertunjukan sakral yang biasanya ditampilkan di piodalan di Pura Puseh yang terletak di Desa Adat Pedungan. Kesenian ini diperkirakan telah dilakukan sejak tahun 1836 dan dilaksanakan 6 bulan sekali pada sistem penanggalan Bali.

Kesenian yang ketiga yang ditetapkan menjadi WBTB yaitu Kesenian Genggong merupakan seni pertunjukan yang menggunakan alat musik tradisional yang disebut sebagai Genggong. Genggong dikelompokkan sebagai harpa mulut yang dimainkan dengan resonansi tenggorokan. Kesenian Genggong hingga saat ini masih dimainkan di beberapa daerah di Bali seperti Banjar Pegok, Denpasar Selatan, dan Desa Adat Sesetan.

Menurut Kadis Kebudayaan Denpasar IGN Bagus Mataram, pada bulan Maret yang lalu sebenarnya Denpasar mendaftarkan 6 kebudayaan untuk ditetapkan menjadi WBTB, tetapi hanya 3 yang lolos. Tiga kebudayaan yang gagal ditetapkan sebagai WBTB adalah Bulung Buni dari Desa Adat Serangan, Gamelan Bungbang dari Desa Adat Sesetan, dan Tari Baris Tengklong dari Desa Adat Denpasar.

Adapun tiga kebudayaan yang lolos dan resmi ditetapkan menjadi WBTB Indonesia ini akan terus diperhatikan dan dikawal hingga nantinya diharapkan akan ditetapkan menjadi WBTB tingkat internasional oleh UNESCO.

Oppo Art Jakarta Virtual, Pameran Seni Virtual Pertama di Indonesia

Situasi pandemi Covid-19 yang melarang adanya kerumunan tidak menghalangi para pecinta seni untuk menyelenggarakan pameran seni tahunan Art Jakarta tahun ini. Tahun ini adalah tahun ke 12 dari Art Jakarta yang rutin diadakan setiap tahun. Ketimbang menunda penyelenggaran Art Jakarta tahun ini, penyelenggara Art Jakarta memilih untuk menyelenggarakan event tersebut secara virtual.

Art Jakarta merupakan event hasil kerjasama para pelaku seni di Indonesia dan negara-negara lain di Asia Tenggara. Pameran seni virtual ini diselenggarakan untuk memupuk optimisme para pelaku seni dan mempertahankan hubungan kerja sama dalam ekosistem seni rupa baik di dalam negeri maupun kerja sama dengan negara-negara lainnya di Asia Tenggara.

Untuk menyelenggarakan pameran seni pertama di Indonesia ini, Art Jakarta menggandeng produsen gadget ternama Oppo, sehingga event kali ini pun dinamai Oppo Art Jakarta Virtual. Selain itu event ini juga mendapat dukungan dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud dan Ninja Xpress.

Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, menyatakan dukungannya terhadap event yang inovatif ini dan mengungkapkan bahwa inovasi memang diperlukan agar kegiatan kebudayaan tetap dapat bertahan di masa pandemi ini.

Oppo Art Jakarta Virtual diselenggarakan menggunakan teknologi berbasis internet untuk menghadirkan ruang pameran virtual yang menampilkan karya seni dari berbagai pelosok negeri. Pengguna atau pengunjung akan dapat mengeksplor atau mengelilingi ruang virtual ini dan mengamati karya seni yang dipamerkan secara virtual di sini. 

Sementara itu, CCO Oppo Indonesia Patrick Owen menyatakan bahwa perusahaan smartphone terkemuka ini berupaya agar masyarakat tetap dapat mengeksplorasi dan menikmati karya seni dengan menghadirkan pengalaman baru pameran seni secara virtual. 

Fair Director Art Jakarta, Tom Tandio, mengatakan bahwa Oppo Art Jakarta 2020 diselenggarakan untuk para seniman di Indonesia yang tengah menghadapi masa sulit di masa pandemi, sehingga karya seninya tetap dapat dinikmati dan mendapat apresiasi dari masyarakat luas.

Oppo Art Jakarta 2020 akan diselenggarakan selama dua bulan, yaitu mulai tanggal 19 Oktober sampai 15 Desember 2020. Pameran seni virtual ini menampilkan berbagai karya dari 38 galeri seni terkemuka di seluruh penjuru negeri, diantaranya Arario Gallery, Andi’s Gallery, Art Seasons, Collaborea, Equator Art, Gudang Gambar, Semarang Gallery, Puri Art Gallery, Vin Gallery, dan lain-lain.

Pameran seni virtual ini juga menampilkan karya seni dari berbagai komunitas seni seperti Jakarta Biennale, Makassar Biennale, Komunitas Seni Sakato, dan lainnya.  

Keindahan dalam Keharmonisan dan Kekompakan Gerakan Tari Saman

Siapa yang tidak takjub saat melihat kekompakan dan kelincahan gerak tari saman khas Nanggroe Aceh Darussalam. Gerakan tari berkelompok yang dinamis, kompak, dan cepat ini memiliki keindahan tersendiri. Gerakan penari saman yang cepat, enerjik, dan terkoordinasi dengan baik serta lantunan syair yang bersemangat seolah-olah ikut memberikan energi kepada para penontonnya.

Tari saman diciptakan di Aceh pada abad ke-14 oleh seorang ulama yang bernama Syekh Syaman. Pada masa itu, tari saman digunakan sebagai salah satu media dakwah agar lebih mudah diterima masyarakat dari berbagai umur dan kalangan. Awalnya tari ini dikenal sebagai permainan rakyat yang memadukan suara tepukan dan gerakan ritmis. Lama-kelamaan tepukan dan gerakan ini juga diiringi dengan syair yang merupakan puji-pujian keagamaan.

Tari saman biasanya dilakukan secara berkelompok dengan jumlah penari 10 orang atau lebih. Setiap anggota kelompok memiliki peran tersendiri dalam gerak dan syair, namun semuanya tersusun rapi dan harmonis. Kelompok penari saman biasanya dipimpin oleh satu orang yang disebut “syekh”. “Syekh” ini akan memimpin instruksi gerakan kepada para penari agar tercipta gerakan yang rapi dan terkoordinasi.

Gerakan tari saman umumnya terdiri atas tepukan tangan, tepuk dada, dan tepuk paha yang terkoordinasi secara cepat dan ritmis. Paduan suara tepukan ini menghasilkan irama yang khas untuk mengiringi lantunan syair yang lantang dan bersemangat. Gerakan lain pada tari saman diantaranya adalah gerakan kirep, lingang, gerak guncang, dan surang-saring.

Tari yang berasal dari daerah Gayo, Aceh ini awalnya ditampilkan pada acara-acara keagamaan seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Lama-kelamaan tari saman semakin dikenal dan ditampilkan sebagai hiburan dalam berbagai acara, misalnya acara pernikahan, pentas seni, atau acara lainnya.

Busana khas penari saman adalah pakaian adat daerah Aceh yaitu berupa penutup kepala berwarna hitam yang disebut bulung teleng, baru kerawang, celana panjang, dan kain sarung. Pakaian penari saman selalu sopan dan mengikuti syariat Islam.

Pada tahun 2011 tari saman telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia. Dengan pengakuan UNESCO ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mencanangkan berbagai program untuk pelestarian dan promosi tari saman kepada generasi muda. UNESCO juga akan mengadakan evaluasi selama 4 tahun sekali yang dilakukan oleh tenaga ahli kebudayaan yang ditunjuk untuk menilai pelaksanaan program-program pelestarian budaya tersebut.

 

Seni Budaya Indonesia yang Telah Mendunia

Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan seni dan budaya yang beragam. Lebih dari 1000 suku di Indonesia memiliki seni dan kebudayaan khas daerahnya masing-masing yang menambah kekayaan seni dan kebudayaan negeri ini.

Ternyata kebudayaan dan seni Indonesia tidak hanya menjadi kebanggaan bagi warga sendiri, tetapi juga telah menarik perhatian dari berbagai negara lain di dunia. Berikut ini adalah beberapa kebudayaan asli Indonesia yang telah mendapat pengakuan dari dunia internasional:

  1. Batik

Batik merupakan salah satu seni dan budaya asli dari Indonesia yang banyak menarik perhatian internasional. Batik merupakan warisan seni dan budaya dari zaman kerajaan, yang kini diteruskan sebagai ciri khas negeri Indonesia. Bahkan kita memiliki Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober. Tanggal tersebut merupakan hari saat UNESCO menetapkan batik sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity pada tanggal 2 Oktober 2009.

Batik kini banyak digunakan sebagai ajang kreasi desainer kelas dunia seperti Nicole Miller atau Dries van Noten yang menampilkan batik dalam Spring Collection 2010 fashion show di Paris.

2. Wayang

Seni wayang merupakan pertunjukan hiburan asli Indonesia yang telah ada sejak abad ke-4. Wayang merupakan seni yang terkenal di pulau Jawa, dan hingga kini masih banyak diminati. Jenis wayang dari tiap daerah berbeda-beda, misalnya wayang golek dari daerah Jawa Barat atau wayang kulit yang khas dari daerah Jawa Tengah. Kesenian wayang umumnya ditampilkan dengan menggunakan bahasa dan dialek lokal daerah.

Wayang telah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 3 November 2003.

3. Angklung

Angklung adalah alat musik asli Indonesia yang terbuat dari bambu. Angklung berasal dan berkembang dari Jawa Barat. Angklung terbuat dari pipa bambu yang dibunyikan dengan cara digoyangkan. Angklung merupakan alat musik yang unik dan untuk menghasilkan nada dengan baik diperlukan team work. Karena keunikannya ini, angklung juga telah diperkenalkan di sekolah-sekolah di Malaysia, Jepang, dan Korea. Angklung juga telah mendapat pengakuan resmi dari UNESCO pada tahun 2011.

4. Tari kecak

Inilah tari yang banyak menarik perhatian turis mancanegara di Bali. Tari kecak merupakan tarian massal yang dipertunjukkan sebagai hiburan dan umumnya menggambarkan cerita atau lakon pewayangan. Tari kecak juga telah ditampilkan di beberapa negara lain di dunia seperti Inggris dan Bulgaria, dan beberapa negara di Asia.

Tari Jaipong: Keindahan Seni Jawa Barat

Tari jaipong merupakan seni tari yang berasal dari Jawa Barat. Seni tari ini telah banyak dikenal di seluruh penjuru negeri dan banyak ditampilkan di mancanegara. 

Tari jaipong banyak ditampilkan pada acara-acara perayaan, dari acara pernikahan hingga acara resmi pemerintah. Jaipong telah menjadi lambang budaya Jawa Barat, dan juga menjadi andalan untuk ditampilkan untuk menyambut tamu internasional.

Tari ini mulai populer di Indonesia pada tahun 1980an. Tari jaipong berasal dari kesenian Ketul Tilu dari Jawa Barat. Awalnya tari jaipong diciptakan pada tahun 1970an oleh seorang seniman yang berasal dari Karawang bernama H. Suanda. Kemudian H. Suanda merekam instrumen pengiring tari jaipong dalam sebuah kaset. Musik instrumen pengiring ini menggunakan alat musik tradisional Jawa Barat seperti gong, kendang, rebab, dan dengan alunan suara merdu sinden.

Ternyata kaset yang diciptakan H. Suanda ini mendapat respon yang positif dari masyarakat Karawang, dan mulai digunakan pada acara-acara perayaan.

Tari jaipong lalu dipopulerkan oleh seniman dari Bandung yang bernama Gugum Gumbira.

Karya  tari jaipong pertama ciptaan Gugum Gumbira yang banyak dikenal masyarakat luas diantaranya adalah tari bertajuk “Rendeng Bojong” serta “Daun Pulus Keser Bojong”. Gugum Gumbira juga merilis beberapa tari jaipong terkenal pada tahun 1980an seperti Setra Tari, Toka-toka, dan lain-lain.

Tari jaipong dapat dimainkan oleh seorang penari untuk menghibur khalayak, atau dapat juga dimainkan berpasangan, dan berkelompok. Tari ini memiliki gerakan tangan, bahu, dan pinggul yang atraktif dan dinamis.

Pakaian yang dikenakan penari jaipong biasanya adalah atasan kebaya berwarna cerah dan bawahan berupa kain batik. Rambut penari biasanya disanggul dan berhias mahkota. Penari juga menggunakan selendang sebagai pelengkap gerakan tarinya.

Gerakan tari jaipong yang meliuk dan kadang terkesan sensual sempat menuai kontroversi. Namun hal ini membuat tari jaipong semakin viral dan banyak diekspos media. Salah satunya adalah TVRI yang memiliki program khusus untuk menayangkan tari jaipong di tahun 1980an. Setelah itu tari jaipong semakin terkenal ke seluruh penjuru nasional.

Tari jaipong adalah kekayaan nusantara yang harus dijaga eksistensinya. Saat ini banyak sanggar tari yang masih aktif melestarikan tari jaipong, terutama di Jawa Barat. Bahkan baru-baru ini TNI kota Sumedang Jawa Barat menyelenggarakan pentas seni Jaipong yang diikuti oleh puluhan penari jaipong dari sanggar tari di Sumedang. Acara ini diselenggarakan sebagai upaya untuk melestarikan tari jaipong sebagai kekayaan seni daerah.

 

 

Batik Trusmi: Kekayaan Seni dari Kota Cirebon

Batik merupakan salah satu kekayaan budaya dan seni Indonesia yang tak lekang oleh waktu. Seni batik sudah ada di Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu, khususnya di daerah Jawa. Salah satu daerah penghasil batik dengan corak khas adalah daerah Trusmi di kota Cirebon, Jawa Barat. Daerah ini terkenal dengan corak batik mega mendung yang kini semakin populer.

Corak batik Trusmi telah ada sejak abad ke 14. Pada saat itu, Sultan Gunung Jati memesan batik kepada pengrajin dari desa Trusmi, dan sultan sangat puas dengan batik hasil buatan orang Trusmi tersebut. Batik Trusmi lalu terkenal sebagai seni keraton karena seringnya sang Sultan memesan batik kepada pengrajin batik di Trusmi. Sultan Cirebon pun mengakui bahwa pengrajin batik dari desa Trusmi adalah yang terbaik.

Pada masa kesultanan ini, motif batik Trusmi yang terkenal diantaranya adalah Taman Kasepuhan, Paksi Naga Liman, Siti Inggil, dan Kanoman.

Lama kelamaan, batik Trusmi menyebar ke kalangan penduduk biasa, tidak hanya untuk keraton.

Setelah masa kemerdekaan, penduduk Trusmi mendirikan koperasi batik Trusmi pada tahun 1955. Saat itulah batik Trusmi semakin dikenal di seluruh wilayah Indonesia, bahkan hingga ke mancanegara.

Perkembangan batik Trusmi mengalami peningkatan pesat di tahun 1990an. Di masa ini banyak pengusaha yang mendirikan toko batik di pinggir jalan desa Trusmi. Saat ini, jumlah toko batik ini semakin banyak jumlahnya, dan menjadi salah satu tujuan wisata di kota Cirebon.

Perkembangan lain yang sangat signifikan bagi batik Trusmi adalah pada tahun 2009, saat batik Indonesia diakui UNESCO secara resmi. Jumlah pengrajin dan toko batik di Trusmi pun semakin meningkat, hingga saat ini mencapai 190 outlet batik di desa Trusmi.

Pada tahun 2013 setelah dibukanya Tol Cikopo – Palimanan, semakin banyak pelancong domestik yang menjadikan Cirebon sebagai tujuan wisata. Hal ini tentunya semakin mendongkrak popularitas batik Trusmi sebagai salah satu oleh-oleh khas kota Cirebon.

Namun mulai Maret 2020, batik Trusmi pun terdampak efek Covid 19 dan mengalami penurunan popularitas dan penjualan yang cukup signifikan. Jumlah outlet yang tetap buka selama masa pandemi tidak mencapai 50% dari saat sebelum pandemi. Outlet batik yang masih buka pun mengalami penurunan omzet hingga 70%. Saat PSBB, tak ada lagi wisatawan yang menyambangi desa Trusmi. Banyak pengrajin batik yang terpaksa dirumahkan.

Memasuki akhir kuartal ke 3 tahun 2020, batik Trusmi Cirebon mengalami peningkatan meskipun perlahan. Semoga kondisi pandemi ini segera berakhir dan mari kita selalu melestarikan seni budaya lokal yang satu ini.

ASAL USUL TAMAN ISMAIL MARZUKI, RUMAH PARA SENIMAN JAKARTA

ASAL USUL TAMAN ISMAIL MARZUKI

Sembari menyuruput kopi pagi, saya membuka-buka internet. Terlihat beberapa iklan termasuk iklan m88 asia. Namun, saya tertarik mengunjungi iklan terkait taman ismail marzuki. Berikut ini sejarah taman ismail marzuki.

Pada Suatu pagi yang cerah, bang Ali Sadikin menemui tiga orang tamu sebelum ia berangkat kerja di rumahnya, yaitu Ajip Rosidi, Ilen Surianegara, dan Ramadhan K.H. Ketiga orang ini membawa gulungan kertas yang di isinya tercantum bagan mengenai cita-cita dan impian semua seniman yang diciptakan oleh seorang pelukis bernama Oesman Effendi.

Nantinya, hasil pertemuan tersebut akan menjadi histori dalam sejarah perjalanan semua seniman Jakarta. Seketika itu juga, Bang Ali Sadikin, atau sering dipanggil akrab Bang Ali, teringat seniman-seniman yang biasa berada di daerah Pasar Senen. Mereka pun menanyakan eksistensi mereka.

“Para seniman ini tak lagi berkumpul,” Ajip menjawab. Sebagai seorang Gubernur Jakarta yang provinsinya tengah mengembangkan berbagai hal, Bang Ali pun ingin Jakarta menjadi pusat kebudayaan. Bagi bang Ali, Jakarta yang sering kali sibuk dengan geliat ekonomi akan membuatnya gersang. “Kota ini akan jadi gersang andai rohani tak dikembangkan. Kesenian di jakarta harus hidup, tumbuh, serta berkembang di tengah hiruk pikuk,” ucapnya dalam Bang Ali dalam bukunya Demi Jakarta 1966-1977 (1992).

Bang Ali lalu menyuruh para seniman berkumpul dan membicarakan urusan tersebut secara mendetail. Dan akhirnya muncul kesepakatan baru: pusat kesenian nantinya bakal dibangun di jantung ibukota Jakarta. Awalnya, tim akan terdiri dari Asrul Sani, Usmar Ismail, Mochtar Lubis, Pirngadi, Gayus Siagian, Zulharmans, dan Jayakusuma. Para seniman ini bertugas merangkai kepengurusan dari Dewan Kesenian Jakarta atau disingkat menjadi DKJ. Kemudian, DKJ terbentuk dan Trisno Sumardjo menjadi ketuanya.

Tanggal 7 Juni 1968, Ali Sadikin meresmikan DKJ yang anggotanya terdiri dari 25 orang. Semula, Bang Ali Sadikin ini beranggapan para seniman ini tak bakal bisa mengurus dan membuat pusat kesenian yang segera didirikan ini. Menurut pendapat bang Ali Sadikin, semua seniman ialah jenis orang-orang yang tak akan dapat mengurus hal lainnya, karena mereka sendiri tak pandai mengurus diri sendiri.

Namun, Ajip Rosidi meyakinkan bang Ali Sadikin bahwa seniman-seniman tersebut akan dimintai pertanggungjawaban sesudah diberi tanggungjawab ini dan dana, Bang Ali akhirnya setuju. Bang Ali berkomitmen, sebagai gubernur ia tak akan mencampuri urusan pengelolaan pusat kesenian Jakarta ini.

Pemerintah provensi DKI Jakarta lalu menyediakan kemudahan dan juga dana. Bagi Bang Ali, seniman harus diberikan peluang untuk berkembang dengan segala impian, fantasi, angan-angan, fiksi, dan khayalannya. Kemudian, bang Ali menantang seniman-seniman.

Akhirnya, pada tanggal 10 November 1968, Bang Ali Sadikin meresmikan Taman Ismail Marzuki. Acara kesenian dilangsungkan selama tujuh hari sebagai penyambutannya. Ada gending karesmen Sunda, drama, pameran arsip kesusastraan Indonesia, konser dengan solis Iravati Sudiarso, pameran lukisan anak-anak, dan lain sebagainya.

Kopi dan Rokok, Teman Setia Ismail Marzuki Dalam Berkarya

Salah satu tokoh seniman nasional yang juga maestro di dunia kesenian, Ismail Marzuki merupakan tokoh yang sudah sangat dikenal di Indonesia.

Melalui karya-karyanya, Ismail Marzuki mampu memberikan berbagai karya seni dan membuatnya menjadi salah satu seniman yang dibadaikan menjadi monumen bahkan dijadikan menjadi nama gedung kesenian di Cikini yang bernama Taman Ismail Marzuki(TIM).

Dari banyaknya karya fantastis dari Ismail Marzuki, ternyata ada 2 ‘teman’ yang menemani sang Maestro sehingga melahirkan karya-karya fenomenal dan masih dikenal hingga saat ini.

Teman yang dimaksud disini bukanlah seorang teman manusia, melainkan roko dan kopi.

Ya, Ismail Marzuki memiliki kebiasaan unik saat menciptakan sebuah karya seni. Ia sangat gemar begadang dan menyeruput kopi sekaligus merokok dalam proses pembuatan sebuah karya.

Kopi dan rokok ini yang menjadi ‘teman’ sang Maestro hingga akhirnya melahirkan karya-karya yang tetap bisa dinikmati hingga saat ini.

Meskipun begitu, tentu saja kebiasaan ini sebenarnya tidak baik – terlebih, Ismail Marzuki juga memiliki kebiasaan begadang yang membuatnya harus bermasalah dengan kesehatan lantaran hal tersebut.

Meninggal karena kebiasaan hidup yang tidak sehat

Ismail Marzuki meninggal karena penyakit paru-paru basah. Rachmi, anak semata wayang Ismail Marzuki mengatakan bahwa sang ayah memiliki kebiasaan begadang dan juga ngopi di malam hari. Hal ini pula yang didiagnosis menjadi penyebab paru-paru basah yang dialami oleh Ismail Marzuki hingga membuat sang Maestro menutup mata untuk selamanya.

Meskipun sudah meninggal dunia, karya-karya Ismail Marzuki khusunya lagu nasional seperti Gugur Bunga, Halo Halo Bandung, Ibu Pertiwi, Indonesia Pusaka, Melati di Tapal Batas, Mengheningkan Cipta, Rayuan Pulau Kelapa, Selamat Datang Pahlawan Muda, dan Sepasang Mata Bola masih sangat dikenal dan sering dinyanyikan ulang berbagai kalangan.

Tak sedikit yang menjadikan cara berkarya Ismail Marzuki sebagai panutan untuk musisi Indonesia generasi saat ini.

Komponis Addie MS merupakan salah satu musisi ternama Indonesia saat ini yang menjadikan Ismail Marzuki menjadi salah satu tokoh musik nasional yang dikagumi. Kecintaan dan kekaguman Addie MS terhadap Ismail Marzuki juga yang membuat sang komposer ini membuat album album bersama istrinya, Meidyana Maimunah (Memes), yang berisikan sembilan lagu karya Ismail.

Bunga Penutup Abad Sukses Hibur Penonton di TIM

Pementasan teater yang berjudul Bunga Penutup Abad akhirnya sukses dipentaskan di Taman Ismail Marzuki pada Jumat(16/11) silam. Pementasan teater ini sendiri menghadirkan 4 nama besar seperti Reza Rahardian, Marsha Timothy, Lukman Sardi dan Chelsea Islan.

Para pemain teater Bunga Penutup Abad setidaknya menghabiskan sekitar 3 bulan untuk latihan pertunjukkan ini. Dengan kerja keras latihan yang cukup lama tersebut, pementasan ini pun akhirnya berhasil memuaskan para penonton yang menghadiri TIM pada Jumat tersebut.

Cerita teater ini merupakan kisah tentang Nyai Ontosoroh yang merupakan adaptasi dari novel karya Pramoedya Ananta Toer.

Wawan Sofwan yang merupakan sutradara dari pertunjukkan ini mengaku senang dengan pementasan yang sudah dilangsungkan di TIM tersebut. Ia juga sangat bangga dengan para pemain yang mampu all out mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk pementasan tersebut.

Perjuangan latihan selama 3 bulan akhirnya tuntas terbayar dengan penampilan para pemain Bunga Penutup Abad dengan sukses di gedung kesenian tersebut.

Cerita menarik serta maksimalnya para pemeran

Para pemain yang sudah berlatih 3 bulan akhirnya bisa memberikan pertunjukkan yang bisa mengapai apresiasi baik bagi pembuat maupun penonton. Cerita menarik yang dikemas epik serta dimainkan dengan sangat cantik oleh para pelakon membuat Bunga Penutup Abad menjadi salah satu pertunjukkan tetar terbaik tahun ini.

Memang membawa nama besar dalam sebuah pertunjukkan teater menjadi salah satu startegi yang digunakan guna mencari pangsa pasar.

Bukan hanya bermodalkan nama besar, teater Bunga Penutup Abad karya sutradara Wawan Sofwan sukses menghadirkan pertunjukkan berkelas. Mulai dari jalan cerita hingga akting dari masing-masing pemain yang ada dan pemain pendukung, semuanya terpadu menjadi satu dan menghadirkan pertunjukkan berkelas yang menyisahkan kenangan manis bagi para penontonya.

Akting apik dari Chelsea Islan dan Reza Rahardian yang merupakan idola anak muda saat ini sukses membawa penonton terbawa suasa dengan alur cerita yang menarik. Selain itu, peran Marsha Timothy dan Lukman Sardi juga mampu membawa penonton lebih mendapatkan emosi dalam jalan cerita teater Bunga Penutup Abad ini.

Pemprov DKI Jakarta Akan Rombak TIM

Setelah merayakan 50 tahun Taman Ismail Marzuki beberapa hari lalu, Pemprov DKI Jakarta mencanangkan akan melakukan revitalisasi Taman Ismail Marzuki tahun depan. Perombakan besar tampaknya sudah dipersipakan oleh Pemprov DKI Jakarta karena telah mempersiapkan anggaran yang tidak main-main.

Setidaknya untuk tahun 2019, dana sebesar 500 miliar telah dipersiapkan untuk melakukan reviltasisasi besar-besaran gedung kesinian ini. Selain dana 500 miliar, nantinya tahun 2020, dana tambahan sebesar 1.3 triliun juga akan menjadi suntikan terbaru untuk TIM hingga mewujudkan renovasi sesuai dengan masterplan yang dicanangkan oleh pihak terkait.

Salah satu hal yang cukup menarik dari perombakan besar-besaran ini adalah dengan tidak adanya lagi bioskop yang berada di kawasan itu.

Seperti yang diketahui, dalam kawasan TIM memang terdapat bioskop XXI. Bioskop ini ternyata tidak akan masuk dalam rencana masa depan TIM sehingga nantinya bioskop tersebut tidak akan ada lagi dalam kawasan TIM.

Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Asiantoro mengatakan bahwa pihak bioskop tidak akan mempermasalahkan hal ini, karena memang gedung tersebut milik Pemprov DKI Jakarta dan statusnya hanya disewakan dan kontraknya tidak akan diperpanjang lantaran akan dilakukan perombakan di TIM.

Mau dirombak apa TIM dengan dana besar tersebut?

Belum ada penjelasan rinci mengenai apa saja nantinya yang akan dirombak di TIM dengan dana besar hingga mencapai 1.7 T dari 2 tahun perombakan.

Yang jelas, menurut Asiantoro  – nantinya TIM akan terbuka untuk seniman yang ingin melakukan pertunjukkan di gedung tersebut. Tim perwakilan dari Pemprov DKI Jakarta yang akan melakukan seleksi terlebih dahulu sebelum seniman ini diperkenankan untuk menggunakan berbagai fasilitas yang ada di TIM.

Terdapat beberapa standar yang ditetapkan oleh Pemprov DKI Jakarta sebelum mempersilahkan seniman untuk tampil di gedung kesenian ini. Asiantoro mengatakan tidak boleh seniman yang tampil di TIM merupakan seniman yang terkesan asal-asalan, melainkan harus memiliki karya yang layak untuk ditampilkan.

Dana besar untuk revitalisasi TIM ini memang menyisakan tanda tanya untuk saat ini. Dengan dana yang begitu besar, bakal dirombak seperti apa nantinya TIM? hm patut ditunggu.