All posts by カジノキング

Ragam Kecantikan Tari Bali

Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang terkenal sampai ke mancanegara karena keindahan alam serta keunikan budayanya. Pulau Bali menawarkan begitu banyak destinasi wisata. Sebut saja Pantai Kuta, Pura Tanah Lot, Garuda Wisnu Kencana (GWK), Pantai Lovina dengan Lumba Lumbanya, Pura Besakih, Ubud, Kintamani, dan masih banyak yang lainnya. Kini, Bali juga memiliki beberapa pusat wisata yang sarat edukasi untuk anak-anak seperti kebun binatang, museum tiga dimensi, taman bermain air, dan tempat penangkaran kura-kura.

Salah satu budaya yang paling terkenal dari Bali adalah tariannya. Seni tari Bali pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung, dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung. Kecantikan tari Bali tampak pada gerakan-gerakan yang abstrak dan indah. Tari-tari Bali yang paling dikenal antara lain pendet, kecak, baris, dan legong.

  • Tari Pendet

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Penari yang terdiri dari wanita dewasa menari sambil membawa perlengkapan sesajen. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, Pendet telah ditarikan untuk hiburan, terutama sebagai tari penyambutan.

Tarian ini diajarkan sekadar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.

  • Tari Kecak

Kecak adalah tarian beramai-ramai yang dibawakan di malam hari mengelilingi api unggun. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan “cak” dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Tari kecak tak diiringi musik, tetapi hanya tepukan telapak tangan yang memukul bagian-bagian dari tubuh agar menghasilkan suara. Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.

  • Tari Baris

Tari Baris adalah sebuah jenis tari-tarian perang tradisional dari Bali yang diiringi dengan gamelan. Berasal dari kata bebaris yang bermakna prajurit, tarian ini dibawakan secara berkelompok, berisi 8 sampai 40 penari. Tari ini menggambarkan perasaan seorang pahlawan muda sebelum ia pergi ke medan perang, mengelu-elukan kejantanan pahlawan Bali dan menunjukkan kemantapan kepemimpinannya.

  • Tari Legong

Legong adalah tarian yang diciptakan oleh Pangeran Sukawati berdasarkan mimpinya melihat bidadari. Sesuai dengan awal mulanya, penari legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum mendapat menstruasi, ditarikan di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton. Kedua penari ini, disebut legong, selalu dilengkapi dengan kipas.

sebagai alat bantu. Legong memiliki perbendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari gambuh.

Penari Bali mempelajari tarian sejak anak-anak dan bahkan di dalam rahim, mereka dimainkan musik Bali. Mereka diajari menari dengan tangan sebelum bisa berjalan. Pelatihan resmi sebagai penari Bali dimulai sejak usia 7 tahun. Dalam tarian Bali gerakan ini terkait erat dengan ritme yang dihasilkan oleh gamelan, ansambel musik khusus untuk Jawa dan Bali.

Mengenal Indonesia Lebih Dekat Melalui Museum Seni dan Budaya

Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang berlimpah. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengenal beragam budaya yang ada di Indonesia. Membaca buku, menonton televisi, atau berselancar di Internet merupakan cara yang paling praktis dan mudah. Namun, sesekali, kita perlu memperkaya pengetahuan kita tentang budaya dengan mengunjungi langsung tempat-tempat yang menyimpan warisan budaya Indonesia, yaitu museum.

Keberadaan museum sangat penting karena memiliki tanggung jawab dan fungsi untuk melestarikan, membina, sekaligus mengembangkan budaya masyarakat baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Melalui pesan-pesan yang dirangkai lewat display dan ruang pameran, museum di Indonesia berfungsi sebagai sarana komunikasi dan jembatan penghubung yang dapat memicu kesadaran dan pengetahuan bagi masyarakat. 

Berikut adalah empat museum seni dan budaya yang dapat Anda kunjungi untuk mengenal Indonesia lebih dekat.

  • Museum Nasional, Jakarta

Museum Nasional Republik Indonesia atau disebut juga Museum Gajah adalah sebuah museum arkeologi, sejarah, etnografi, dan geografi. Museum ini terletak di Jalan Merdeka Barat Nomor 12, Kota Jakarta Pusat.

Hingga saat ini Museum Nasional menyimpan 160.000an benda-benda bernilai sejarah. Kompleks Museum Nasional mempunyai dua gedung. Gedung A digunakan untuk ruang pamer serta penyimpanan koleksi. Sedangkan Gedung B digunakan untuk pameran, kantor, ruang konferensi, laboratorium dan perpustakaan.

  • Museum Wayang, Jakarta

Wayang adalah salah satu dari berbagai warisan kebudayaan masa lampau di Indonesia. Wayang merupakan salah satu karya seni budaya yang menonjol di antara banyak Karya Budaya lainnya.

Museum Wayang berlokasi di Jalan Pintu Besar Utara Nomor 27, Jakarta Barat. Museum ini memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia baik yang terbuat dari kayu dan kulit maupun bahan-bahan lain. Di museum ini juga diselenggarakan pagelaran wayang secara periodik pada minggu 2 dan 3 setiap bulannya.

  • Museum Batik, Yogyakarta

Batik adalah kain Indonesia bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerapkan malam pada kain kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan. Batik telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi sejak 2009.

Museum batik Yogyakarta adalah museum batik pertama di Yogyakarta yang didirikan atas prakarsa Hadi Nugroho, pemilik museum. Museum swasta ini terletak di Jalan Dr. Sutomo, Kota Yogyakarta dan diresmikan pada 12 Mei 1977 oleh Kanwil P&K Daerah Istimewa Yogyakarta. Koleksi museum ini terdiri dari berbagai batik gaya Yogyakarta, Solo Pekalongan, dan gaya tradisional lainnya dalam bentuk kain panjang, sarung, dan sebagainya.

Kini, museum ini menyimpan lebih dari 1200 koleksi perbatikan yang terdiri dari 500 lembar kain batik tulis, 560 batik cap, 124 canting atau alat pembatik, dan 35 wajan serta bahan pewarna.

  • Museum Ganesya, Malang

Museum Ganesya (Gelar Indonesia Budaya) yang berlokasi di Perumahan Graha Kencana, Jl. Balearjosari, Malang, Jawa Timur, hadir sebagai museum budaya terbesar di Malang Raya.

Di antara koleksinya, museum Ganesya menghadirkan artifak pusaka tradisional, pataka (lambang legitimasi kerajaan), keris, manik-manik, terakota, Arca, prasasti yang merupakan manifestasi kejayaan Nusantara masa lampau. Museum ini juga menghadirkan kebudayaan Indonesia terkait seni topeng, wayang, dan Khasanah Panji dengan beragam bentuk dan karakter dari tradisional hingga modern.

 

Selama ini, museum selalu terkesan sunyi dan cenderung kurang terurus. Museum hanya sesekali dikunjungi oleh para siswa yang mendapat tugas dari sekolah untuk mencatat berbagai benda yang ada di dalamnya. Museum belum menjadi tujuan utama para wisatawan. Padahal, lewat museum orang bisa belajar tentang kebudayaan peradaban dan sejarah sekaligus. Dengan belajar sejarah dan kebudayaan melalui museum, kita akan memahami sekaligus menghargai nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

Tari Topeng: Kesenian Indonesia Penyebar Ajaran Islam di Masa Lampau

Indonesia adalah negeri yang kaya akan budaya dan seni. Salah satu kesenian tradisi Indonesia yang unik dan terjaga kelestariannya hingga kini adalah Tari Topeng yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat.

Tari Topeng ini sebenarnya berasal dari Jawa Timur dan sudah ada sejak abad ke-10 Masehi pada saat pemerintahan Prabu Panji Dewa, pemimpin kerajaan Jenggala. Kemudian Tari Topeng ini dibawa oleh seorang seniman ke tanah Cirebon, dan mengalami akulturasi dengan kebudayaan setempat di masa itu. Selanjutnya Tari Topeng semakin dikenal masyarakat luas dan menyebar dengan cepat ke daerah lain di Jawa Barat seperti Majalengka, Subang, Indramayu, dan Jatibarang. Tari ini juga menyebar ke wilayah Jawa Tengah yang dekat dengan Cirebon seperti Losari dan Brebes.

Pada masa kepemimpinan Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga di Cirebon, pertunjukan Tari Topeng digunakan sebagai salah satu pertunjukan hiburan di kalangan keraton dan sebagai alat untuk menyiarkan agama Islam.

Tari Topeng Cirebon bermakna lebih dari sekedar pertunjukan tari biasa. Pertunjukan ini mengandung banyak simbol yang bermakna yang disampaikan kepada para penontonnya. Simbol-simbol tersebut ditunjukkan melalui variasi jenis dan warna topeng, jumlah topeng, dan jumlah gamelan yang mengiringi tarian.

Simbol-simbol yang ingin disampaikan kepada penonton diantaranya adalah berupa pesan yang mengandung nilai kebijaksanaan, kepemimpinan, dan cinta kasih, yang tertuang dalam sebuah pertunjukan tari dengan topeng yang beraneka ragam sesuai dengan karakter yang dimainkan oleh penari.

Pada pertunjukan Tari Topeng, penari memakai topeng yang terbuat dari kayu untuk menutupi wajahnya. Kayu yang digunakan untuk membuat topeng diantaranya adalah kayu mangga, kayu waru, dan kayu jaran. Topeng yang dipakai penari menunjukkan karakter tersendiri yang sesuai dengan jenis tarian yang dibawakan.

Jumlah topeng yang ditampilkan dalam pertunjukan Tari Topeng total ada sembilan topeng, yang terdiri atas lima topeng pokok yaitu topeng panji, topeng samba atau pamindo, topeng rumyang, topeng tumenggung atau patih, dan topeng kelana atau rahwana. Jika lakon yang dipertunjukkan adalah Panji Gandrung, Panji Bilowo, dan Jaka Blowo, maka ada empat topeng lainnya yaitu topeng pentul, topeng sumbelep, topeng jinggananom, dan topeng aki-aki.

Lima topeng pokok yang digunakan dalam pertunjukan Tari Topeng disebut juga Topeng Panca Wanda yang artinya topeng lima watak. Kelima topeng tersebut mencerminkan lima karakter dari individu yang berbeda. Topeng Panji menggambarkan karakter bayi yang masih polos, Topeng Pamindo mencerminkan karakter ksatria, dan Topeng Patih menggambarkan sosok yang dewasa dan bijak.

 

Keindahan Borobudur, Situs Warisan Dunia dari Indonesia

Borobudur merupakan salah satu kekayaan Indonesia yang telah menarik perhatian dari seluruh dunia. Candi Borobudur adalah candi Budha yang terbesar di dunia. Tak heran jika Candi Borobudur telah menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia yang menakjubkan.

Borobudur telah menarik banyak perhatian turis dari dalam negeri dan mancanegara. Candi ini merupakan saksi peradaban bangsa Indonesia yang telah berdiri selama 12 abad lamanya. Candi Borobudur pertama kali dibangun sekitar abad ke 8 atau 9 masehi. Pada masa tersebut, kebudayaan Hindu dan Budha sangat kental di Indonesia. Candi Borobudur pun berdiri dengan megah dengan arca-arca yang memukau yang lambat laun menarik perhatian peminat seni dan budaya dari dalam dan luar negeri.

Candi Borobudur pun sempat mengalami masa-masa sulit dan semakin terabaikan pada abad ke 14 seiring dengan masuknya Islam di Indonesia. Banyak yang mencuri patung dan arca dari Candi Borobudur untuk dijual ke kolektor seni. Bahkan pada masa penjajahan Belanda, Belanda menyetujui permintaan Raja Thailand untuk memiliki beberapa arca dari Candi Borobudur. Pada masa itu Belanda mengirimkan 5 arca Budha, 2 arca singa, serta puluhan batu berelief dan benda-benda bersejarah lainnya dari Borobudur ke Thailand.

Pada awal abad ke-20, dilakukan restorasi untuk menjaga keutuhan Candi Borobudur. Namun proses restorasi ini tidak berjalan dengan baik karena keterbatasan dana.

Baru setelah masa kemerdekaan, pada tahun 1960 kembali diadakan perbaikan pada Candi Borobudur. Kali ini pemerintah Indonesia melakukan perbaikan dengan bekerjasama dengan UNICEF. Proses restorasi ini selesai pada tahun 1973 dan memakan dana kurang lebih 7 juta dolar.

Setelah mengalami perbaikan, Borobudur pun semakin terkenal di dunia. Hingga pada tahun 1991 UNICEF menetapkan Borobudur sebagai salah satu warisan dunia atau benda budaya dari masa lalu.

Borobudur tetap berdiri dengan keindahannya hingga kini, meskipun sempat menjadi sasaran bom dan juga bencana alam. Pada tahun 1985, Borobudur menjadi sasaran bom yang telah menghancurkan 2 arca Budha dan 9 stupa. Pada tahun 2006 juga terjadi bencana alam berupa gempa berkekuatan 6,2 skala richter yang menghancurkan banyak bangunan di Yogyakarta dan sekitarnya. Namun gempa ini tidak berpengaruh pada Candi Borobudur.

Borobudur hingga kini telah menjadi salah satu tujuan wisata yang terkenal. Banyak bisnis hotel dan penginapan untuk mengakomodasi turis domestik dan mancanegara. Pada tahun 2019, jumlah pengunjung di situs Candi Borobudur dapat mencapai 2,5 juta orang per tahun.

5 Batik Lokal Indonesia yang Telah Mendunia

Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dengan keunikan dan keindahan yang telah diakui dunia internasional. Bahkan UNESCO telah mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia tak benda sejak tahun 2009.

Batik sendiri memiliki motif dan corak yang beragam, yang umumnya tiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri dalam corak batiknya. Apa saja corak batik yang telah terkenal hingga ke mancanegara? Inilah 5 diantaranya.

  • Batik tulis sogan

Batik corak sogan merupakan ciri khas dari wilayah keraton Jawa, yaitu dari keraton Yogyakarta dan Surakarta atau Solo. Corak batik sogan merupakan corak yang klasik dengan dominasi warna coklat dan hitam. Nama sogan diambil dari nama tanaman yang dipakai sebagai pewarna alami untuk batik ini, yaitu dari batang kayu pohon soga. Batik tradisional yang banyak diproduksi di Yogyakarta ini telah menembus pasar internasional seperti Malaysia, Singapura, Kanada, hingga negara-negara di Eropa.

  • Batik tujuh rupa

Motif batik ini berasal dari daerah Pekalongan, Jawa Tengah. Motif batik tujuh rupa sangat kental dengan inspirasi alam, seperti tumbuhan atau hewan. Dinamakan tujuh rupa karena berbeda dengan batik sogan, motif batik khas Pekalongan ini memakai warna yang lebih bervariasi, dan memiliki perpaduan unsur budaya beberapa daerah dari Jawa, Bali, hingga kebudayaan Tiongkok. Batik tujuh rupa ini juga cukup terkenal dan diminati di mancanegara.

  • Batik mega mendung

Motif batik mega mendung merupakan motif khas dari Cirebon, Jawa Barat. Motif ini merupakan hasil perpaduan budaya asli masyarakat Cirebon dengan etnis Tiongkok. Batik mega mendung umumnya didominasi oleh warna biru, abu-abu, dan putih yang menggambarkan langit dengan awan mendung. Motif batik ini berupa garis-garis lengkung yang menyerupai bentuk awan. Batik mega mendung juga merupakan salah satu motif batik yang banyak dilirik para wisatawan asing.

  • Batik kawung

Motif batik kawung merupakan motif khas dari daerah Surakarta. Motif batik ini berupa bulatan sejajar yang berderet rapi dan geometris. Nama kawung sendiri digunakan karena motif batik ini menyerupai buah kawung atau kolang kaling yang berjejer dengan rapi.

  • Batik parang

Motif batik parang adalah salah satu motif batik tertua di Indonesia, yang telah ada sejak zaman kerajaan Mataram Kertasura, yang saat ini disebut Solo. Motif batik parang dibentuk menyerupai huruf S yang berjejer rapi dan terkait satu sama lain.

Seni Ketoprak: Seni Teater Tradisional dari Jawa Tengah

Ketoprak merupakan salah satu seni tradisional dari Jawa yang banyak dikenal masyarakat luas. Ketoprak yang akan kita bahas ini bukan nama makanan khas dari Betawi, ya. Meskipun ada kesamaan nama, namun ketoprak yang berasal dari Jawa Tengah ini adalah salah satu bentuk seni teatrikal yang sangat kental dengan kebudayaan Jawa.

Ketoprak awalnya diciptakan pada awal abad ke 19 di masa penjajahan, oleh seorang musisi dari Keraton Surakarta. Awalnya ketoprak diadakan sebagai ajang untuk berkumpulnya masyarakat pada masa itu. Pada masa penjajahan, masyarakat tidak dibolehkan untuk berkerumun atau berkumpul. Karena itu diciptakanlah seni ketoprak ini sebagai agar masyarakat dapat berkumpul tanpa dibubarkan penjajah.

Nama ketoprak sendiri berasal dari kata “keprak” yaitu dalam bahasa Jawa berarti memukul kentongan. Kentongan adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan masyarakat sebelum pertunjukan dimulai. Akhirnya pertunjukan yang ditampilkan setelah kentongan di-”keprak” disebut sebagai ketoprak.

Ketoprak merupakan pertunjukan panggung yang menampilkan kisah-kisah masyarakat Jawa, dari legenda, cerita rakyat, hingga cerita kehidupan sehari-hari. Biasanya pertunjukan ini mengandung unsur tarian dan hiburan. Kostum yang dipakai para pemain biasanya mengikuti tema cerita yang dibawakan. Bahasa yang digunakan dalam pertunjukan ini adalah bahasa Jawa.

Pertunjukan seni ketoprak umumnya menggunakan dialog secara spontan. Para pemain atau lakon mengetahui tema cerita yang akan dibawakan, namun tidak ada naskah dialog yang pasti. Dialog banyak dilakukan secara spontan saat di atas panggung, dan dapat mengandung unsur senda gurau untuk menghibur.

Pertunjukan ketoprak umumnya diiringi dengan alat musik. Pada abad ke 19, ketoprak yang dimainkan di keraton Surakarta dimainkan dengan iringan gamelan, kendang, terbang, dan seruling. Lalu saat mulai banyak dikenal masyarakat luar keraton, alat musik yang mengiringi ketoprak dapat ditambah dengan gitar, biola, gong, dan lainnya.

Pada awalnya, ketoprak hanya dipertunjukkan dalam lingkungan keraton Surakarta. Lalu lambat laun kesenian ini semakin berkembang di masyarakat, dan akhirnya mengalami perkembangan yang pesat di Yogyakarta. Pada tahun 1950-an, pertunjukan ketoprak disiarkan di RRI Yogyakarta, sehingga semakin banyak dikenal masyarakat.

Salah satu tokoh yang menggiatkan kesenian ketoprak hingga ke kancah nasional adalah Teguh Srimulat, yang memulai pertunjukan ketoprak pada tahun 1970-an di gedung kesenian ketoprak di Taman Balekambang Solo. Kelompok seni ketoprak yang dipelopori oleh Teguh Srimulat ini lalu semakin terkenal di tanah air dalam dunia hiburan, diantaranya Gepeng, Mamiek Prakoso, dan Nunung.

Janger Banyuwangi: Seni Tradisional Paduan Budaya Jawa dan Bali

Memang tidak diragukan lagi jika daerah Jawa Timur menyimpan banyak sekali kesenian tradisional yang menarik dan artistik. Salah satu kesenian dari Jawa Timur yang artistik dan menawan serta tak lekang oleh zaman, adalah seni pertunjukan Janger Banyuwangi.

Janger Banyuwangi merupakan seni teatrikal yang unik, karena mengandung paduan unsur seni budaya Jawa dan Bali. Seni teatrikal Janger Banyuwangi menggunakan bahasa pengantar bahasa Jawa krama dan menampilkan cerita tradisional dari daerah Jawa. Namun beberapa komponen lain seperti kostum, tari, dan alat musik yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan ini memiliki kemiripan dengan seni dan budaya Bali. Gending sebagai salah satu alat musik yang digunakan pada kesenian tradisional ini khas dari daerah Banyuwangi.

Sebagai kota yang terletak di ujung timur provinsi Jawa Timur, Banyuwangi memang sangat dekat dengan Bali. Karena itu tidak heran jika ada seni dan budaya yang bersifat hibrid atau merupakan paduan antara kebudayaan Jawa dengan Bali yang berasal dari daerah ini, misalnya Janger Banyuwangi.

Seni Janger juga sering disebut juga sebagai Damarwulan atau Jinggoan. Istilah ini diambil karena cerita yang dipertunjukkan oleh seni Janger ini biasanya adalah cerita tentang lakon Minakjinggo dari kerajaan Blambangan yang melawan Damarwulan dari kerajaan Majapahit. Istilah Jinggoan diambil dari lakon utama pada cerita cerita tersebut, yaitu Prabu Minakjinggo. Sedangkan nama Janger sendiri diambil karena kesenian ini sangat kental dengan budaya Bali pada pemilihan kostum pemain, musik, dan tariannya. Sementara cerita yang Damarwulan dan Minakjinggo yang ditampilkan secara teatrikal pada seni Janger ini bersumber dari kesenian Langendriya dari lingkungan keraton Yogyakarta.

Seni Janger Banyuwangi awalnya diciptakan sekitar abad ke-19 oleh seorang pedagang yang berasal dari Banyuwangi yang sering mengunjungi Bali. Pecinta seni teater yang bernama Mbah Darji ini kemudian bertemu dengan seorang seniman musik dan akhirnya memiliki ide untuk menggabungkan seni musik tradisional Bali dengan cerita Jawa dalam sebuah pertunjukan.

Seni Janger ini pun semakin terkenal. Pada zaman kemerdekaan, penduduk Banyuwangi menggunakan seni Janger ini sebagai salah satu media untuk menyatukan masyarakat tanpa mengundang kecurigaan prajurit Belanda.

Saat ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan seni Janger Banyuwangi sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda, dan kesenian ini sedang diajukan ke UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia.

Umbul Donga: Tradisi Seni dan Budaya Untuk Menolak Malapetaka

Beberapa waktu yang lalu beberapa komunitas seniman di Jawa Tengah menyelenggarakan pagelaran budaya Umbul Donga di Kabupaten Wonogiri. Pagelaran seni dan bidaya Umbul Donga adalah sebuah tradisi Jawa yang dimaksudkan untuk memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa sebagai usaha atau ikhtiar untuk tolak bala atau menolak malapetaka.

Kali ini pagelaran Umbul Donga dilakukan oleh komunitas seni Tanjung Sari Jatisrono Wonogiri yang berkolaborasi dengan kelompok senin Barong Abang yang digerakkan oleh beberapa alumni Institut Seni Indonesia Surakarta. Pagelaran Umbul Donga ini bertempat di Wisma Cakra, Jatisrono, Kabupaten Wonogiri.

Para seniman menyelenggarakan Umbul Donga ini untuk memanjatkan syukur sekaligus memohon doa untuk bangsa Indonesia dalam menghadapi situasi sulit karena pandemi Covid-19.

Pagelaran ini sengaja diadakan di tengah pedesaan dan jauh dari hiruk pikuk kota atau pusat kekuasaan, karena ingin menyuguhkan kesederhanaan dan diharapkan akan menghasilkan solusi yang sederhana untuk menyelesaikan masalah yang rumit.

Pagelaran budaya yang bertajuk Umbul Donga Nuswantoro ini menyuguhkan sajian seni klasik kontemporer yang dilaksanakan dengan penuh khidmat. Acara ini disaksikan oleh masyarakat setempat, sesepuh masyarakat, serta undangan dari berbagai lapisan.

Pagelaran ini dibuka dengan penampilan para seniman yang menampilkan visualisasi bangsa yang tengah menghadapi ujian saat ini dengan iringan musik tradisional Bali. Kemudian acara dilanjutkan dengan tutur olah ontowacono oleh dalang Joyo yang mengisahkan kondisi zaman saat ini. Larikan tutur ini diselingi dengan visualisasi yang ekspresif dan kreatif dengan sajian tarian tradisional. Kolaborasi seni dan budaya ini menghadirkan suasana yang syahdu dan memukau.

Sejumlah tokoh masyarakat yang hadir pada acara ini mengatakan bahwa Umbul Donga Nuswantoro ini bukan hanya sekedar pertunjukan seni yang menampilkan keindahan, tetapi juga merupakan ritual untuk mendoakan bangsa Indonesia agar segera terlepas dari efek pandemi Covid-19.

Menurut tokoh masyarakat, Umbul Donga ini merupakan ikhtiar yang berasal dari oase seni dan tradisi bangsa Indonesia untuk membersihkan hati dari pikiran negatif untuk menghadapi persoalan bangsa saat ini.

Ritual Umbul Donga juga diselenggarakan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat pada alam dan sesama untuk menciptakan keselarasan antara alam dan manusia sehingga kehidupan akan menjadi lebih indah dan seimbang.

Acara Umbul Donga yang diselenggarakan di masa pandemi ini tetap memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku seperti kewajiban memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Pameran Seni Daring, Apresiasi Seni dan Budaya di Saat Pandemi

 

Di masa pandemi ini, ajang untuk melestarikan seni dan budaya kerap mengalami batasan dan kendala. Berbagai larangan untuk menyelenggarakan acara yang menimbulkan kerumunan dan belum lagi larangan untuk bepergian tidak menghentikan para seniman untuk selalu berkarya dan menyelenggarakan pameran seni dan budaya.

Berbagai ajang pameran seni kini diselenggarakan secara daring atau online, yang memungkinkan para penikmat seni untuk dapat melihat dan mengapresiasi karya seni. Sebut saja Oppo Art Jakarta Virtual, sebuah pameran seni yang diselenggarakan secara virtual hasil kerjasama Oppo dengan Art Jakarta, yang sebelumnya rutin menyelenggarakan pameran setiap tahun, dan tahun 2020 adalah tahun ke-12 penyelenggaraannya. Namun baru tahun ini event seni yang menghadirkan karya 38 seniman dan galeri ini diselenggarakan secara virtual.

Lalu ada juga Museum Nasional dan Galeri Nasional Indonesia yang menyelenggarakan pameran secara luring dan daring. Pameran secara luring tentunya diharuskan mengikuti protokol kesehatan. Dan fasilitas daringnya membuat pameran ini dapat diakses siapa saja dimana pun. Pameran yang bertajuk “Pamor Sang Pangeran” ini memamerkan benda-benda bersejarah dan pusaka Pangeran Diponegoro. Pameran daring yang juga diselenggarakan secara luring ini diadakan tanggal 31 Oktober hingga 26 November 2020.

Pusaka Pangeran Diponegoro yang dipamerkan kali ini termasuk Keris Kanjeng Kiai Bogo Siluman yang sebelumnya jatuh ke pihak Belanda sebagai rampasan perang. Keris ini merupakan pemberian Pangeran Diponegoro untuk Jan Baptist Cleerens, yang akhirnya mengkhianati Diponegoro dan menjadikan keris ini sebagai bukti kemenangan Belanda. Namun, baru-baru ini keris pusaka ini kembali ke tanah air.

Tidak hanya di ibukota, Kabupaten Sleman pun menggelar pameran daring seni rupa. Pameran yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman yang bekerjasama dengan Komunitas Seni Gerbang Timur ini menyajikan 45 karya seni hasil karya seniman lokal Kabupaten Sleman dengan tema Nusa Bangkit. Selain dapat diakses secara daring, pameran ini juga digelar secara luring di Art Gallery SMK Negeri 1 Kalasan. Dalam sambutannya pada pembukaan ajang seni ini, Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu langkah pemerintah Kabupaten Sleman untuk memberdayakan para seniman lokal dan membuka kesempatan hingga ke kancah nasional dan internasional. Kegiatan ini juga diadakan untuk membangkitkan semangat para seniman Sleman di masa sulit pandemi ini. Pameran ini dapat diakses secara daring melalui sosial media Komunitas Seni Gerbang Timur.

Meriahnya Festival Kesenian Pesisir Utara Jawa Timur

Festival Kesenian Pesisir Utara (FKPU) adalah salah satu kegiatan dan upaya masyarakat Jawa Timur untuk melestarikan kesenian dan budaya lokal daerah. Festival ini pertama kali diadakan tahun 2007 di Surabaya dan diselenggarakan secara rutin setiap tahun di tempat yang berbeda. FKPU merupakan ajang hasil kerjasama antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur dengan pemerintah lokal setempat di kota tuan rumah penyelenggaraan FKPU.

Biasanya FKPU diselenggarakan sebagai salah rangkaian acara peringatan hari jadi Provinsi Jawa Timur yang jatuh pada tanggal 11 November. FKPU diikuti oleh 14 kota dan kabupaten di Jawa Timur yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik, Kabupaten Tuban, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Situbondo, Kota Pasuruan, Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Bangkalan.

FKPU umumnya diselenggarakan selama 2 hingga 3 hari berturut-turut dengan menampilkan pentas seni dan pameran budaya dari daerah-daerah yang menjadi peserta FKPU. Di tahun 2020 ini, FKPU menampilkan pertunjukan seni teater, pameran dan workshop kesenian dan budaya lokal, serta pentas seni adat daerah setempat.

FKPU ke-14 tahun 2020 diselenggarakan di Kota Pasuruan. Ajang seni dan budaya ini merupakan hasil kerjasama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pasuruan dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur. Beberapa pihak lain juga ikut terkait dengan penyelenggaraan festival ini, diantaranya adalah organisasi Pasuruan Inspiratif dan P3GI.

Pada tahun 2019 lalu, FKPU diselenggarakan di Kabupaten Sampang. Acara FKPU tahun lalu lebih lama dibandingkan dengan tahun ini, yaitu 3 hari, sedangkan pada tahun ini hanya diselenggarakan selama 2 hari. Alasan keamanan dan protokol kesehatan tentunya menjadi pertimbangan untuk beberapa perubahan pada FKPU tahun ini. 

Pada tahun lalu, FKPU terkesan lebih meriah dengan diikuti sekitar 3.500 peserta. Selain pertunjukan seni dan fashion show busana batik, acara FKPU tahun lalu juga dimeriahkan dengan acara pawai budaya dan pameran kuliner dari daerah peserta FKPU.

Salah satu tujuan diselenggarakannya ajang FKPU adalah untuk meningkatkan perekonomian daerah di Jawa Timur. Dengan adanya FKPU, pusat seni dan budaya di Jawa Timur tidak hanya berpusat di Surabaya, tetapi daerah-daerah lain di Jawa Timur juga diharapkan dapat memperkenalkan seni dan budayanya. Selain itu, acara ini diharapkan akan mendatangkan pengunjung ke kabupaten tuan rumah FKPU, sehingga juga akan mendongkrak sektor pariwisata di daerah tersebut.