Category Archives: Budaya Indonesia

Seni Ketoprak: Seni Teater Tradisional dari Jawa Tengah

Ketoprak merupakan salah satu seni tradisional dari Jawa yang banyak dikenal masyarakat luas. Ketoprak yang akan kita bahas ini bukan nama makanan khas dari Betawi, ya. Meskipun ada kesamaan nama, namun ketoprak yang berasal dari Jawa Tengah ini adalah salah satu bentuk seni teatrikal yang sangat kental dengan kebudayaan Jawa.

Ketoprak awalnya diciptakan pada awal abad ke 19 di masa penjajahan, oleh seorang musisi dari Keraton Surakarta. Awalnya ketoprak diadakan sebagai ajang untuk berkumpulnya masyarakat pada masa itu. Pada masa penjajahan, masyarakat tidak dibolehkan untuk berkerumun atau berkumpul. Karena itu diciptakanlah seni ketoprak ini sebagai agar masyarakat dapat berkumpul tanpa dibubarkan penjajah.

Nama ketoprak sendiri berasal dari kata “keprak” yaitu dalam bahasa Jawa berarti memukul kentongan. Kentongan adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan masyarakat sebelum pertunjukan dimulai. Akhirnya pertunjukan yang ditampilkan setelah kentongan di-”keprak” disebut sebagai ketoprak.

Ketoprak merupakan pertunjukan panggung yang menampilkan kisah-kisah masyarakat Jawa, dari legenda, cerita rakyat, hingga cerita kehidupan sehari-hari. Biasanya pertunjukan ini mengandung unsur tarian dan hiburan. Kostum yang dipakai para pemain biasanya mengikuti tema cerita yang dibawakan. Bahasa yang digunakan dalam pertunjukan ini adalah bahasa Jawa.

Pertunjukan seni ketoprak umumnya menggunakan dialog secara spontan. Para pemain atau lakon mengetahui tema cerita yang akan dibawakan, namun tidak ada naskah dialog yang pasti. Dialog banyak dilakukan secara spontan saat di atas panggung, dan dapat mengandung unsur senda gurau untuk menghibur.

Pertunjukan ketoprak umumnya diiringi dengan alat musik. Pada abad ke 19, ketoprak yang dimainkan di keraton Surakarta dimainkan dengan iringan gamelan, kendang, terbang, dan seruling. Lalu saat mulai banyak dikenal masyarakat luar keraton, alat musik yang mengiringi ketoprak dapat ditambah dengan gitar, biola, gong, dan lainnya.

Pada awalnya, ketoprak hanya dipertunjukkan dalam lingkungan keraton Surakarta. Lalu lambat laun kesenian ini semakin berkembang di masyarakat, dan akhirnya mengalami perkembangan yang pesat di Yogyakarta. Pada tahun 1950-an, pertunjukan ketoprak disiarkan di RRI Yogyakarta, sehingga semakin banyak dikenal masyarakat.

Salah satu tokoh yang menggiatkan kesenian ketoprak hingga ke kancah nasional adalah Teguh Srimulat, yang memulai pertunjukan ketoprak pada tahun 1970-an di gedung kesenian ketoprak di Taman Balekambang Solo. Kelompok seni ketoprak yang dipelopori oleh Teguh Srimulat ini lalu semakin terkenal di tanah air dalam dunia hiburan, diantaranya Gepeng, Mamiek Prakoso, dan Nunung.

Janger Banyuwangi: Seni Tradisional Paduan Budaya Jawa dan Bali

Memang tidak diragukan lagi jika daerah Jawa Timur menyimpan banyak sekali kesenian tradisional yang menarik dan artistik. Salah satu kesenian dari Jawa Timur yang artistik dan menawan serta tak lekang oleh zaman, adalah seni pertunjukan Janger Banyuwangi.

Janger Banyuwangi merupakan seni teatrikal yang unik, karena mengandung paduan unsur seni budaya Jawa dan Bali. Seni teatrikal Janger Banyuwangi menggunakan bahasa pengantar bahasa Jawa krama dan menampilkan cerita tradisional dari daerah Jawa. Namun beberapa komponen lain seperti kostum, tari, dan alat musik yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan ini memiliki kemiripan dengan seni dan budaya Bali. Gending sebagai salah satu alat musik yang digunakan pada kesenian tradisional ini khas dari daerah Banyuwangi.

Sebagai kota yang terletak di ujung timur provinsi Jawa Timur, Banyuwangi memang sangat dekat dengan Bali. Karena itu tidak heran jika ada seni dan budaya yang bersifat hibrid atau merupakan paduan antara kebudayaan Jawa dengan Bali yang berasal dari daerah ini, misalnya Janger Banyuwangi.

Seni Janger juga sering disebut juga sebagai Damarwulan atau Jinggoan. Istilah ini diambil karena cerita yang dipertunjukkan oleh seni Janger ini biasanya adalah cerita tentang lakon Minakjinggo dari kerajaan Blambangan yang melawan Damarwulan dari kerajaan Majapahit. Istilah Jinggoan diambil dari lakon utama pada cerita cerita tersebut, yaitu Prabu Minakjinggo. Sedangkan nama Janger sendiri diambil karena kesenian ini sangat kental dengan budaya Bali pada pemilihan kostum pemain, musik, dan tariannya. Sementara cerita yang Damarwulan dan Minakjinggo yang ditampilkan secara teatrikal pada seni Janger ini bersumber dari kesenian Langendriya dari lingkungan keraton Yogyakarta.

Seni Janger Banyuwangi awalnya diciptakan sekitar abad ke-19 oleh seorang pedagang yang berasal dari Banyuwangi yang sering mengunjungi Bali. Pecinta seni teater yang bernama Mbah Darji ini kemudian bertemu dengan seorang seniman musik dan akhirnya memiliki ide untuk menggabungkan seni musik tradisional Bali dengan cerita Jawa dalam sebuah pertunjukan.

Seni Janger ini pun semakin terkenal. Pada zaman kemerdekaan, penduduk Banyuwangi menggunakan seni Janger ini sebagai salah satu media untuk menyatukan masyarakat tanpa mengundang kecurigaan prajurit Belanda.

Saat ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan seni Janger Banyuwangi sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda, dan kesenian ini sedang diajukan ke UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia.

Umbul Donga: Tradisi Seni dan Budaya Untuk Menolak Malapetaka

Beberapa waktu yang lalu beberapa komunitas seniman di Jawa Tengah menyelenggarakan pagelaran budaya Umbul Donga di Kabupaten Wonogiri. Pagelaran seni dan bidaya Umbul Donga adalah sebuah tradisi Jawa yang dimaksudkan untuk memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa sebagai usaha atau ikhtiar untuk tolak bala atau menolak malapetaka.

Kali ini pagelaran Umbul Donga dilakukan oleh komunitas seni Tanjung Sari Jatisrono Wonogiri yang berkolaborasi dengan kelompok senin Barong Abang yang digerakkan oleh beberapa alumni Institut Seni Indonesia Surakarta. Pagelaran Umbul Donga ini bertempat di Wisma Cakra, Jatisrono, Kabupaten Wonogiri.

Para seniman menyelenggarakan Umbul Donga ini untuk memanjatkan syukur sekaligus memohon doa untuk bangsa Indonesia dalam menghadapi situasi sulit karena pandemi Covid-19.

Pagelaran ini sengaja diadakan di tengah pedesaan dan jauh dari hiruk pikuk kota atau pusat kekuasaan, karena ingin menyuguhkan kesederhanaan dan diharapkan akan menghasilkan solusi yang sederhana untuk menyelesaikan masalah yang rumit.

Pagelaran budaya yang bertajuk Umbul Donga Nuswantoro ini menyuguhkan sajian seni klasik kontemporer yang dilaksanakan dengan penuh khidmat. Acara ini disaksikan oleh masyarakat setempat, sesepuh masyarakat, serta undangan dari berbagai lapisan.

Pagelaran ini dibuka dengan penampilan para seniman yang menampilkan visualisasi bangsa yang tengah menghadapi ujian saat ini dengan iringan musik tradisional Bali. Kemudian acara dilanjutkan dengan tutur olah ontowacono oleh dalang Joyo yang mengisahkan kondisi zaman saat ini. Larikan tutur ini diselingi dengan visualisasi yang ekspresif dan kreatif dengan sajian tarian tradisional. Kolaborasi seni dan budaya ini menghadirkan suasana yang syahdu dan memukau.

Sejumlah tokoh masyarakat yang hadir pada acara ini mengatakan bahwa Umbul Donga Nuswantoro ini bukan hanya sekedar pertunjukan seni yang menampilkan keindahan, tetapi juga merupakan ritual untuk mendoakan bangsa Indonesia agar segera terlepas dari efek pandemi Covid-19.

Menurut tokoh masyarakat, Umbul Donga ini merupakan ikhtiar yang berasal dari oase seni dan tradisi bangsa Indonesia untuk membersihkan hati dari pikiran negatif untuk menghadapi persoalan bangsa saat ini.

Ritual Umbul Donga juga diselenggarakan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat pada alam dan sesama untuk menciptakan keselarasan antara alam dan manusia sehingga kehidupan akan menjadi lebih indah dan seimbang.

Acara Umbul Donga yang diselenggarakan di masa pandemi ini tetap memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku seperti kewajiban memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Orang Asing Justru Lebih Tertarik dengan Bahasa dan Budaya Indonesia?

Indonesia adalah negeri yang sangat kaya akan keragaman bahasa dan budaya. Bahkan Indonesia adalah negara dengan bahasa daerah terbanyak di dunia, yaitu mencapai 700 bahasa. Namun sayangnya belum lama ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menyatakan bahwa dalam satu dekade terakhir ini ada beberapa bahasa daerah yang punah.

Sayang sekali jika bahasa dan budaya daerah kini semakin berkurang popularitasnya di masyarakat, terutama pada generasi muda. Padahal, tidak sedikit warga asing yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap bahasa dan budaya Indonesia.

Contohnya, sebuah organisasi sosial yang bergerak dalam bidang pelestarian budaya Indonesia yaitu Yayasan Warisan Indonesia atau Indonesian Heritage Society, justru sebagian besar anggotanya adalah warga asing.

Menurut perwakilan dari Yayasan Warisan Indonesia, Yekti Kusmartono, warga asing memang banyak yang memiliki rasa ingin tahu dan antusiasme yang tinggi terhadap budaya Indonesia. Padahal warga pribumi sendiri banyak yang tidak tahu tentang budaya Indonesia.

Seorang warga asing dari New Zealand, Cerol, mengatakan bahwa budaya Indonesia sangat unik dan dirinya ingin mengetahui lebih dalam tentang budaya Indonesia dan membagikannya dengan yang lain.

Warga asing generasi muda pun kini semakin banyak yang memiliki saluran YouTube yang menayangkan video dengan mengedepankan budaya dan bahasa lokal. Banyak warga asing yang fasih berbahasa daerah dan tidak ragu membagikannya di sosial media dan mendapatkan banyak perhatian dari para netizen.

Presiden direktur PT. Mustika Ratu, Putri Kuswisnu Wardani, menyatakan bahwa menjelaskan budaya Indonesia kepada orang asing bahkan lebih mudah daripada kepada warga lokal. Putri mengatakan orang asing lebih mudah memahami karena mereka lebih rajin membaca buku dan memiliki rasa keingintahuan yang lebih tinggi.

Seorang warga asal Jepang, Mirai Karashima, mengaku telah jatuh hati terhadap budaya Indonesia khususnya Jawa. Karena kecintaannya terhadap budaya Jawa, Mirai menempuh pendidikan di ISI Surakarta dan kini berprofesi sebagai guru tari tradisional. Mirai kini tengah mempelajari bahasa Jawa, meskipun diakuinya bahwa mempelajari bahasa lokal sulit untuk dilakukan.

Saat banyak orang asing tertarik dengan bahasa dan budaya Indonesia, justru di kalangan warga sendiri terutama pada kalangan muda, pemakaian bahasa daerah kadang dianggap lebih rendah dan semakin jarang digunakan. Agar budaya dan bahasa daerah tidak semakin banyak yang punah, sebaiknya pemerintah dan masyarakat melakukan upaya terpadu untuk melestarikannya.

Tiga Kesenian dari Bali Kini Resmi Menjadi Warisan Budaya Tak Benda

Pada tanggal 8 Oktober yang lalu, Direktorat Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah meresmikan secara virtual tiga kesenian khas Bali sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Tiga kesenian khas daerah Bali tersebut adalah Tradisi Nanda, Kesenian Gambuh Pedungan, dan Kesenian Genggong.

Sebelumnya tiga kesenian ini diusulkan sebagai WKTB Indonesia oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali bersama Balai Pelestarian Nilai Budaya Denpasar pada bulan Maret 2020 yang lalu. Dengan ditetapkannya tiga kesenian ini sebagai WBTB, maka total jumlah WBTB dari Bali pada tahun 2020 adalah 11 warisan budaya.

Sedangkan pada tahun 2019 tercatat empat kesenian asal Denpasar yang ditetapkan menjadi WBTB Indonesia, yaitu adat Sate Renteng, tradisi Ngaro Banjar Medura Intaran, Janger Kedaton Sumerta, dan Legong Binoh.

Salah satu dari tiga kebudayaan yang baru saja menjadi WBTB, Tradisi Nanda, adalah sejenis tarian ritual yang dilakukan pada upacara pangilen, yaitu upacara adat Hindu yang dilaksanakan di Denpasar. Tradisi Nanda hingga saat ini masih dilakukan di beberapa desa adat diantaranya Desa Adat Penatih, Desa Adat Bekul, Desa Adat Tembau, Desa Adat Kesiman, Desa Adat Taman Poh Manis, Desa Adat Anggabaya, Desa Adat Penatih Puri, dan Desa Adat Laplap.

Sementara Kesenian Gambuh Pedungan merupakan seni pertunjukan sakral yang biasanya ditampilkan di piodalan di Pura Puseh yang terletak di Desa Adat Pedungan. Kesenian ini diperkirakan telah dilakukan sejak tahun 1836 dan dilaksanakan 6 bulan sekali pada sistem penanggalan Bali.

Kesenian yang ketiga yang ditetapkan menjadi WBTB yaitu Kesenian Genggong merupakan seni pertunjukan yang menggunakan alat musik tradisional yang disebut sebagai Genggong. Genggong dikelompokkan sebagai harpa mulut yang dimainkan dengan resonansi tenggorokan. Kesenian Genggong hingga saat ini masih dimainkan di beberapa daerah di Bali seperti Banjar Pegok, Denpasar Selatan, dan Desa Adat Sesetan.

Menurut Kadis Kebudayaan Denpasar IGN Bagus Mataram, pada bulan Maret yang lalu sebenarnya Denpasar mendaftarkan 6 kebudayaan untuk ditetapkan menjadi WBTB, tetapi hanya 3 yang lolos. Tiga kebudayaan yang gagal ditetapkan sebagai WBTB adalah Bulung Buni dari Desa Adat Serangan, Gamelan Bungbang dari Desa Adat Sesetan, dan Tari Baris Tengklong dari Desa Adat Denpasar.

Adapun tiga kebudayaan yang lolos dan resmi ditetapkan menjadi WBTB Indonesia ini akan terus diperhatikan dan dikawal hingga nantinya diharapkan akan ditetapkan menjadi WBTB tingkat internasional oleh UNESCO.

Keindahan dalam Keharmonisan dan Kekompakan Gerakan Tari Saman

Siapa yang tidak takjub saat melihat kekompakan dan kelincahan gerak tari saman khas Nanggroe Aceh Darussalam. Gerakan tari berkelompok yang dinamis, kompak, dan cepat ini memiliki keindahan tersendiri. Gerakan penari saman yang cepat, enerjik, dan terkoordinasi dengan baik serta lantunan syair yang bersemangat seolah-olah ikut memberikan energi kepada para penontonnya.

Tari saman diciptakan di Aceh pada abad ke-14 oleh seorang ulama yang bernama Syekh Syaman. Pada masa itu, tari saman digunakan sebagai salah satu media dakwah agar lebih mudah diterima masyarakat dari berbagai umur dan kalangan. Awalnya tari ini dikenal sebagai permainan rakyat yang memadukan suara tepukan dan gerakan ritmis. Lama-kelamaan tepukan dan gerakan ini juga diiringi dengan syair yang merupakan puji-pujian keagamaan.

Tari saman biasanya dilakukan secara berkelompok dengan jumlah penari 10 orang atau lebih. Setiap anggota kelompok memiliki peran tersendiri dalam gerak dan syair, namun semuanya tersusun rapi dan harmonis. Kelompok penari saman biasanya dipimpin oleh satu orang yang disebut “syekh”. “Syekh” ini akan memimpin instruksi gerakan kepada para penari agar tercipta gerakan yang rapi dan terkoordinasi.

Gerakan tari saman umumnya terdiri atas tepukan tangan, tepuk dada, dan tepuk paha yang terkoordinasi secara cepat dan ritmis. Paduan suara tepukan ini menghasilkan irama yang khas untuk mengiringi lantunan syair yang lantang dan bersemangat. Gerakan lain pada tari saman diantaranya adalah gerakan kirep, lingang, gerak guncang, dan surang-saring.

Tari yang berasal dari daerah Gayo, Aceh ini awalnya ditampilkan pada acara-acara keagamaan seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Lama-kelamaan tari saman semakin dikenal dan ditampilkan sebagai hiburan dalam berbagai acara, misalnya acara pernikahan, pentas seni, atau acara lainnya.

Busana khas penari saman adalah pakaian adat daerah Aceh yaitu berupa penutup kepala berwarna hitam yang disebut bulung teleng, baru kerawang, celana panjang, dan kain sarung. Pakaian penari saman selalu sopan dan mengikuti syariat Islam.

Pada tahun 2011 tari saman telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia. Dengan pengakuan UNESCO ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mencanangkan berbagai program untuk pelestarian dan promosi tari saman kepada generasi muda. UNESCO juga akan mengadakan evaluasi selama 4 tahun sekali yang dilakukan oleh tenaga ahli kebudayaan yang ditunjuk untuk menilai pelaksanaan program-program pelestarian budaya tersebut.

 

Seni Budaya Indonesia yang Telah Mendunia

Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan seni dan budaya yang beragam. Lebih dari 1000 suku di Indonesia memiliki seni dan kebudayaan khas daerahnya masing-masing yang menambah kekayaan seni dan kebudayaan negeri ini.

Ternyata kebudayaan dan seni Indonesia tidak hanya menjadi kebanggaan bagi warga sendiri, tetapi juga telah menarik perhatian dari berbagai negara lain di dunia. Berikut ini adalah beberapa kebudayaan asli Indonesia yang telah mendapat pengakuan dari dunia internasional:

  1. Batik

Batik merupakan salah satu seni dan budaya asli dari Indonesia yang banyak menarik perhatian internasional. Batik merupakan warisan seni dan budaya dari zaman kerajaan, yang kini diteruskan sebagai ciri khas negeri Indonesia. Bahkan kita memiliki Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober. Tanggal tersebut merupakan hari saat UNESCO menetapkan batik sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity pada tanggal 2 Oktober 2009.

Batik kini banyak digunakan sebagai ajang kreasi desainer kelas dunia seperti Nicole Miller atau Dries van Noten yang menampilkan batik dalam Spring Collection 2010 fashion show di Paris.

2. Wayang

Seni wayang merupakan pertunjukan hiburan asli Indonesia yang telah ada sejak abad ke-4. Wayang merupakan seni yang terkenal di pulau Jawa, dan hingga kini masih banyak diminati. Jenis wayang dari tiap daerah berbeda-beda, misalnya wayang golek dari daerah Jawa Barat atau wayang kulit yang khas dari daerah Jawa Tengah. Kesenian wayang umumnya ditampilkan dengan menggunakan bahasa dan dialek lokal daerah.

Wayang telah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 3 November 2003.

3. Angklung

Angklung adalah alat musik asli Indonesia yang terbuat dari bambu. Angklung berasal dan berkembang dari Jawa Barat. Angklung terbuat dari pipa bambu yang dibunyikan dengan cara digoyangkan. Angklung merupakan alat musik yang unik dan untuk menghasilkan nada dengan baik diperlukan team work. Karena keunikannya ini, angklung juga telah diperkenalkan di sekolah-sekolah di Malaysia, Jepang, dan Korea. Angklung juga telah mendapat pengakuan resmi dari UNESCO pada tahun 2011.

4. Tari kecak

Inilah tari yang banyak menarik perhatian turis mancanegara di Bali. Tari kecak merupakan tarian massal yang dipertunjukkan sebagai hiburan dan umumnya menggambarkan cerita atau lakon pewayangan. Tari kecak juga telah ditampilkan di beberapa negara lain di dunia seperti Inggris dan Bulgaria, dan beberapa negara di Asia.

Tari Jaipong: Keindahan Seni Jawa Barat

Tari jaipong merupakan seni tari yang berasal dari Jawa Barat. Seni tari ini telah banyak dikenal di seluruh penjuru negeri dan banyak ditampilkan di mancanegara. 

Tari jaipong banyak ditampilkan pada acara-acara perayaan, dari acara pernikahan hingga acara resmi pemerintah. Jaipong telah menjadi lambang budaya Jawa Barat, dan juga menjadi andalan untuk ditampilkan untuk menyambut tamu internasional.

Tari ini mulai populer di Indonesia pada tahun 1980an. Tari jaipong berasal dari kesenian Ketul Tilu dari Jawa Barat. Awalnya tari jaipong diciptakan pada tahun 1970an oleh seorang seniman yang berasal dari Karawang bernama H. Suanda. Kemudian H. Suanda merekam instrumen pengiring tari jaipong dalam sebuah kaset. Musik instrumen pengiring ini menggunakan alat musik tradisional Jawa Barat seperti gong, kendang, rebab, dan dengan alunan suara merdu sinden.

Ternyata kaset yang diciptakan H. Suanda ini mendapat respon yang positif dari masyarakat Karawang, dan mulai digunakan pada acara-acara perayaan.

Tari jaipong lalu dipopulerkan oleh seniman dari Bandung yang bernama Gugum Gumbira.

Karya  tari jaipong pertama ciptaan Gugum Gumbira yang banyak dikenal masyarakat luas diantaranya adalah tari bertajuk “Rendeng Bojong” serta “Daun Pulus Keser Bojong”. Gugum Gumbira juga merilis beberapa tari jaipong terkenal pada tahun 1980an seperti Setra Tari, Toka-toka, dan lain-lain.

Tari jaipong dapat dimainkan oleh seorang penari untuk menghibur khalayak, atau dapat juga dimainkan berpasangan, dan berkelompok. Tari ini memiliki gerakan tangan, bahu, dan pinggul yang atraktif dan dinamis.

Pakaian yang dikenakan penari jaipong biasanya adalah atasan kebaya berwarna cerah dan bawahan berupa kain batik. Rambut penari biasanya disanggul dan berhias mahkota. Penari juga menggunakan selendang sebagai pelengkap gerakan tarinya.

Gerakan tari jaipong yang meliuk dan kadang terkesan sensual sempat menuai kontroversi. Namun hal ini membuat tari jaipong semakin viral dan banyak diekspos media. Salah satunya adalah TVRI yang memiliki program khusus untuk menayangkan tari jaipong di tahun 1980an. Setelah itu tari jaipong semakin terkenal ke seluruh penjuru nasional.

Tari jaipong adalah kekayaan nusantara yang harus dijaga eksistensinya. Saat ini banyak sanggar tari yang masih aktif melestarikan tari jaipong, terutama di Jawa Barat. Bahkan baru-baru ini TNI kota Sumedang Jawa Barat menyelenggarakan pentas seni Jaipong yang diikuti oleh puluhan penari jaipong dari sanggar tari di Sumedang. Acara ini diselenggarakan sebagai upaya untuk melestarikan tari jaipong sebagai kekayaan seni daerah.

 

 

Batik Trusmi: Kekayaan Seni dari Kota Cirebon

Batik merupakan salah satu kekayaan budaya dan seni Indonesia yang tak lekang oleh waktu. Seni batik sudah ada di Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu, khususnya di daerah Jawa. Salah satu daerah penghasil batik dengan corak khas adalah daerah Trusmi di kota Cirebon, Jawa Barat. Daerah ini terkenal dengan corak batik mega mendung yang kini semakin populer.

Corak batik Trusmi telah ada sejak abad ke 14. Pada saat itu, Sultan Gunung Jati memesan batik kepada pengrajin dari desa Trusmi, dan sultan sangat puas dengan batik hasil buatan orang Trusmi tersebut. Batik Trusmi lalu terkenal sebagai seni keraton karena seringnya sang Sultan memesan batik kepada pengrajin batik di Trusmi. Sultan Cirebon pun mengakui bahwa pengrajin batik dari desa Trusmi adalah yang terbaik.

Pada masa kesultanan ini, motif batik Trusmi yang terkenal diantaranya adalah Taman Kasepuhan, Paksi Naga Liman, Siti Inggil, dan Kanoman.

Lama kelamaan, batik Trusmi menyebar ke kalangan penduduk biasa, tidak hanya untuk keraton.

Setelah masa kemerdekaan, penduduk Trusmi mendirikan koperasi batik Trusmi pada tahun 1955. Saat itulah batik Trusmi semakin dikenal di seluruh wilayah Indonesia, bahkan hingga ke mancanegara.

Perkembangan batik Trusmi mengalami peningkatan pesat di tahun 1990an. Di masa ini banyak pengusaha yang mendirikan toko batik di pinggir jalan desa Trusmi. Saat ini, jumlah toko batik ini semakin banyak jumlahnya, dan menjadi salah satu tujuan wisata di kota Cirebon.

Perkembangan lain yang sangat signifikan bagi batik Trusmi adalah pada tahun 2009, saat batik Indonesia diakui UNESCO secara resmi. Jumlah pengrajin dan toko batik di Trusmi pun semakin meningkat, hingga saat ini mencapai 190 outlet batik di desa Trusmi.

Pada tahun 2013 setelah dibukanya Tol Cikopo – Palimanan, semakin banyak pelancong domestik yang menjadikan Cirebon sebagai tujuan wisata. Hal ini tentunya semakin mendongkrak popularitas batik Trusmi sebagai salah satu oleh-oleh khas kota Cirebon.

Namun mulai Maret 2020, batik Trusmi pun terdampak efek Covid 19 dan mengalami penurunan popularitas dan penjualan yang cukup signifikan. Jumlah outlet yang tetap buka selama masa pandemi tidak mencapai 50% dari saat sebelum pandemi. Outlet batik yang masih buka pun mengalami penurunan omzet hingga 70%. Saat PSBB, tak ada lagi wisatawan yang menyambangi desa Trusmi. Banyak pengrajin batik yang terpaksa dirumahkan.

Memasuki akhir kuartal ke 3 tahun 2020, batik Trusmi Cirebon mengalami peningkatan meskipun perlahan. Semoga kondisi pandemi ini segera berakhir dan mari kita selalu melestarikan seni budaya lokal yang satu ini.

Cara Melestarikan Kebudayaan Daerah Indonesia

Indonesia memiliki banyak keanekaragaman budaya yang tidak dimiliki oleh negara lain. Memiliki banyak suku, Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah suku terbanyak di dunia dan ini pula yang membuat Indonesia kaya akan keragaman.

Di era keterbukaan seperti saat ini, tak bisa dipungkiri budaya asing menjadi satu hal yang perlu disikapi dengan bijak. Kita tidak bisa menutup mata bahwa budaya asing yang masuk sering mempengaruhi masyarakat Indonesia itu sendiri.

Coba tanyakan kepada anak kecil atau remaja, mana yang lebih menarik, tari Jaipong atau dance ala Barat?

Hampir dipastikan bahwa orang lebih tertarik dengan berbagai dance ala Barat ketimbang tari tradisional Indonesia itu sendiri. Hal ini tentu akan menjadi masalah apabila terus dibiarkan begitu saja.

Tidak ada salahnya mempelajari kebudayaan asing, tetapi yang menjadi masalah adalah ketika masyarakat Indonesia itu sendiri semakin lama semakin tak mengenal kebudayaan lokal itu sendiri. Sungguh miris memang.

Sebenarnya ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengenalkan kembali budaya lokal kepada masyarakat Indonesia khususnya bagi generasi-generasi muda.

Memasukkan di pelajaran muatan lokal

Saat ini pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah Indonesia terbukti cukup mampu mengenalkan kebudayaan lokal sejak usia dini. Cara ini harus terus dipertahankan bahkan ditingkatkan untuk mulai mengenalkan kebudayaan lokal sedini mungkin.

Inovasi budaya

Tidak sedikit masyarakat modern cenderung enggan untuk mengikuti dan mencari tahu tentang budaya asli Indonesia lantaran tidak mengikuti perkembangan zaman.

Dengan kemajuan internet seperti sekarang, budaya-budaya lokal perlu memanfaatkan hal tersebut dan berinovasi dengan kemasan yang lebih modern tetapi tetap tidak meninggalkan sisi tradisionalnya.

Pengadaan festival budaya yang harus konsisten

Festival budaya di Indonesia memang masih menjadi kegiatan rutin diberbagai daerah. Ini memang menjadi cara yang paling ampuh untuk mengenalkan budaya lokal baik kepada masyarakat sektiar maupun yang sedang berada disana.

Dengan mengadakan acara seperti festival budaya rutin, ini akan membantu untuk lebih menarik perhatian bagi masyarakat tentang kebudayaan lokal.

Promosi kebudayaan

Asian Games 2018 akan diselenggarakan di Jakarta-Palembang tanggal 18 Agustus mendatang. Pada pesta pembukaan nanti, rencananya akan menyelenggarakan dengan berbagai kebudayaan Indonesia.

Pembukaan Asian Games 2018 menjadi salah satu cara promosi dan memperkenalkan budaya asli Indonesia. Promosi seperti ini memang harus terus dilakukan meskipun ajang Asian Games 2018 nanti telah usai.

Itu tadi beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mempertahankan kebudayaan asli Indonesia. Mari jaga bersama, karena kalau buka kita, siapa lagi?