Umbul Donga: Tradisi Seni dan Budaya Untuk Menolak Malapetaka

Beberapa waktu yang lalu beberapa komunitas seniman di Jawa Tengah menyelenggarakan pagelaran budaya Umbul Donga di Kabupaten Wonogiri. Pagelaran seni dan bidaya Umbul Donga adalah sebuah tradisi Jawa yang dimaksudkan untuk memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa sebagai usaha atau ikhtiar untuk tolak bala atau menolak malapetaka.

Kali ini pagelaran Umbul Donga dilakukan oleh komunitas seni Tanjung Sari Jatisrono Wonogiri yang berkolaborasi dengan kelompok senin Barong Abang yang digerakkan oleh beberapa alumni Institut Seni Indonesia Surakarta. Pagelaran Umbul Donga ini bertempat di Wisma Cakra, Jatisrono, Kabupaten Wonogiri.

Para seniman menyelenggarakan Umbul Donga ini untuk memanjatkan syukur sekaligus memohon doa untuk bangsa Indonesia dalam menghadapi situasi sulit karena pandemi Covid-19.

Pagelaran ini sengaja diadakan di tengah pedesaan dan jauh dari hiruk pikuk kota atau pusat kekuasaan, karena ingin menyuguhkan kesederhanaan dan diharapkan akan menghasilkan solusi yang sederhana untuk menyelesaikan masalah yang rumit.

Pagelaran budaya yang bertajuk Umbul Donga Nuswantoro ini menyuguhkan sajian seni klasik kontemporer yang dilaksanakan dengan penuh khidmat. Acara ini disaksikan oleh masyarakat setempat, sesepuh masyarakat, serta undangan dari berbagai lapisan.

Pagelaran ini dibuka dengan penampilan para seniman yang menampilkan visualisasi bangsa yang tengah menghadapi ujian saat ini dengan iringan musik tradisional Bali. Kemudian acara dilanjutkan dengan tutur olah ontowacono oleh dalang Joyo yang mengisahkan kondisi zaman saat ini. Larikan tutur ini diselingi dengan visualisasi yang ekspresif dan kreatif dengan sajian tarian tradisional. Kolaborasi seni dan budaya ini menghadirkan suasana yang syahdu dan memukau.

Sejumlah tokoh masyarakat yang hadir pada acara ini mengatakan bahwa Umbul Donga Nuswantoro ini bukan hanya sekedar pertunjukan seni yang menampilkan keindahan, tetapi juga merupakan ritual untuk mendoakan bangsa Indonesia agar segera terlepas dari efek pandemi Covid-19.

Menurut tokoh masyarakat, Umbul Donga ini merupakan ikhtiar yang berasal dari oase seni dan tradisi bangsa Indonesia untuk membersihkan hati dari pikiran negatif untuk menghadapi persoalan bangsa saat ini.

Ritual Umbul Donga juga diselenggarakan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat pada alam dan sesama untuk menciptakan keselarasan antara alam dan manusia sehingga kehidupan akan menjadi lebih indah dan seimbang.

Acara Umbul Donga yang diselenggarakan di masa pandemi ini tetap memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku seperti kewajiban memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Pameran Seni Daring, Apresiasi Seni dan Budaya di Saat Pandemi

 

Di masa pandemi ini, ajang untuk melestarikan seni dan budaya kerap mengalami batasan dan kendala. Berbagai larangan untuk menyelenggarakan acara yang menimbulkan kerumunan dan belum lagi larangan untuk bepergian tidak menghentikan para seniman untuk selalu berkarya dan menyelenggarakan pameran seni dan budaya.

Berbagai ajang pameran seni kini diselenggarakan secara daring atau online, yang memungkinkan para penikmat seni untuk dapat melihat dan mengapresiasi karya seni. Sebut saja Oppo Art Jakarta Virtual, sebuah pameran seni yang diselenggarakan secara virtual hasil kerjasama Oppo dengan Art Jakarta, yang sebelumnya rutin menyelenggarakan pameran setiap tahun, dan tahun 2020 adalah tahun ke-12 penyelenggaraannya. Namun baru tahun ini event seni yang menghadirkan karya 38 seniman dan galeri ini diselenggarakan secara virtual.

Lalu ada juga Museum Nasional dan Galeri Nasional Indonesia yang menyelenggarakan pameran secara luring dan daring. Pameran secara luring tentunya diharuskan mengikuti protokol kesehatan. Dan fasilitas daringnya membuat pameran ini dapat diakses siapa saja dimana pun. Pameran yang bertajuk “Pamor Sang Pangeran” ini memamerkan benda-benda bersejarah dan pusaka Pangeran Diponegoro. Pameran daring yang juga diselenggarakan secara luring ini diadakan tanggal 31 Oktober hingga 26 November 2020.

Pusaka Pangeran Diponegoro yang dipamerkan kali ini termasuk Keris Kanjeng Kiai Bogo Siluman yang sebelumnya jatuh ke pihak Belanda sebagai rampasan perang. Keris ini merupakan pemberian Pangeran Diponegoro untuk Jan Baptist Cleerens, yang akhirnya mengkhianati Diponegoro dan menjadikan keris ini sebagai bukti kemenangan Belanda. Namun, baru-baru ini keris pusaka ini kembali ke tanah air.

Tidak hanya di ibukota, Kabupaten Sleman pun menggelar pameran daring seni rupa. Pameran yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman yang bekerjasama dengan Komunitas Seni Gerbang Timur ini menyajikan 45 karya seni hasil karya seniman lokal Kabupaten Sleman dengan tema Nusa Bangkit. Selain dapat diakses secara daring, pameran ini juga digelar secara luring di Art Gallery SMK Negeri 1 Kalasan. Dalam sambutannya pada pembukaan ajang seni ini, Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu langkah pemerintah Kabupaten Sleman untuk memberdayakan para seniman lokal dan membuka kesempatan hingga ke kancah nasional dan internasional. Kegiatan ini juga diadakan untuk membangkitkan semangat para seniman Sleman di masa sulit pandemi ini. Pameran ini dapat diakses secara daring melalui sosial media Komunitas Seni Gerbang Timur.

Meriahnya Festival Kesenian Pesisir Utara Jawa Timur

Festival Kesenian Pesisir Utara (FKPU) adalah salah satu kegiatan dan upaya masyarakat Jawa Timur untuk melestarikan kesenian dan budaya lokal daerah. Festival ini pertama kali diadakan tahun 2007 di Surabaya dan diselenggarakan secara rutin setiap tahun di tempat yang berbeda. FKPU merupakan ajang hasil kerjasama antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur dengan pemerintah lokal setempat di kota tuan rumah penyelenggaraan FKPU.

Biasanya FKPU diselenggarakan sebagai salah rangkaian acara peringatan hari jadi Provinsi Jawa Timur yang jatuh pada tanggal 11 November. FKPU diikuti oleh 14 kota dan kabupaten di Jawa Timur yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik, Kabupaten Tuban, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Situbondo, Kota Pasuruan, Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Bangkalan.

FKPU umumnya diselenggarakan selama 2 hingga 3 hari berturut-turut dengan menampilkan pentas seni dan pameran budaya dari daerah-daerah yang menjadi peserta FKPU. Di tahun 2020 ini, FKPU menampilkan pertunjukan seni teater, pameran dan workshop kesenian dan budaya lokal, serta pentas seni adat daerah setempat.

FKPU ke-14 tahun 2020 diselenggarakan di Kota Pasuruan. Ajang seni dan budaya ini merupakan hasil kerjasama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pasuruan dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur. Beberapa pihak lain juga ikut terkait dengan penyelenggaraan festival ini, diantaranya adalah organisasi Pasuruan Inspiratif dan P3GI.

Pada tahun 2019 lalu, FKPU diselenggarakan di Kabupaten Sampang. Acara FKPU tahun lalu lebih lama dibandingkan dengan tahun ini, yaitu 3 hari, sedangkan pada tahun ini hanya diselenggarakan selama 2 hari. Alasan keamanan dan protokol kesehatan tentunya menjadi pertimbangan untuk beberapa perubahan pada FKPU tahun ini. 

Pada tahun lalu, FKPU terkesan lebih meriah dengan diikuti sekitar 3.500 peserta. Selain pertunjukan seni dan fashion show busana batik, acara FKPU tahun lalu juga dimeriahkan dengan acara pawai budaya dan pameran kuliner dari daerah peserta FKPU.

Salah satu tujuan diselenggarakannya ajang FKPU adalah untuk meningkatkan perekonomian daerah di Jawa Timur. Dengan adanya FKPU, pusat seni dan budaya di Jawa Timur tidak hanya berpusat di Surabaya, tetapi daerah-daerah lain di Jawa Timur juga diharapkan dapat memperkenalkan seni dan budayanya. Selain itu, acara ini diharapkan akan mendatangkan pengunjung ke kabupaten tuan rumah FKPU, sehingga juga akan mendongkrak sektor pariwisata di daerah tersebut.

 

Orang Asing Justru Lebih Tertarik dengan Bahasa dan Budaya Indonesia?

Indonesia adalah negeri yang sangat kaya akan keragaman bahasa dan budaya. Bahkan Indonesia adalah negara dengan bahasa daerah terbanyak di dunia, yaitu mencapai 700 bahasa. Namun sayangnya belum lama ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menyatakan bahwa dalam satu dekade terakhir ini ada beberapa bahasa daerah yang punah.

Sayang sekali jika bahasa dan budaya daerah kini semakin berkurang popularitasnya di masyarakat, terutama pada generasi muda. Padahal, tidak sedikit warga asing yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap bahasa dan budaya Indonesia.

Contohnya, sebuah organisasi sosial yang bergerak dalam bidang pelestarian budaya Indonesia yaitu Yayasan Warisan Indonesia atau Indonesian Heritage Society, justru sebagian besar anggotanya adalah warga asing.

Menurut perwakilan dari Yayasan Warisan Indonesia, Yekti Kusmartono, warga asing memang banyak yang memiliki rasa ingin tahu dan antusiasme yang tinggi terhadap budaya Indonesia. Padahal warga pribumi sendiri banyak yang tidak tahu tentang budaya Indonesia.

Seorang warga asing dari New Zealand, Cerol, mengatakan bahwa budaya Indonesia sangat unik dan dirinya ingin mengetahui lebih dalam tentang budaya Indonesia dan membagikannya dengan yang lain.

Warga asing generasi muda pun kini semakin banyak yang memiliki saluran YouTube yang menayangkan video dengan mengedepankan budaya dan bahasa lokal. Banyak warga asing yang fasih berbahasa daerah dan tidak ragu membagikannya di sosial media dan mendapatkan banyak perhatian dari para netizen.

Presiden direktur PT. Mustika Ratu, Putri Kuswisnu Wardani, menyatakan bahwa menjelaskan budaya Indonesia kepada orang asing bahkan lebih mudah daripada kepada warga lokal. Putri mengatakan orang asing lebih mudah memahami karena mereka lebih rajin membaca buku dan memiliki rasa keingintahuan yang lebih tinggi.

Seorang warga asal Jepang, Mirai Karashima, mengaku telah jatuh hati terhadap budaya Indonesia khususnya Jawa. Karena kecintaannya terhadap budaya Jawa, Mirai menempuh pendidikan di ISI Surakarta dan kini berprofesi sebagai guru tari tradisional. Mirai kini tengah mempelajari bahasa Jawa, meskipun diakuinya bahwa mempelajari bahasa lokal sulit untuk dilakukan.

Saat banyak orang asing tertarik dengan bahasa dan budaya Indonesia, justru di kalangan warga sendiri terutama pada kalangan muda, pemakaian bahasa daerah kadang dianggap lebih rendah dan semakin jarang digunakan. Agar budaya dan bahasa daerah tidak semakin banyak yang punah, sebaiknya pemerintah dan masyarakat melakukan upaya terpadu untuk melestarikannya.